Minggu, 30 Oktober 2011

Perdarahan Post Partum

Definisi
—Perdarahan post partum didefinisikan sebagai hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah anak lahir. Pritchard dkk mendapatkan bahwa sekitar 5% wanita yang melahirkan pervaginam kehilangan lebih dari 1000 ml darah.
Epidemiologi
—Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan plasenta yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa nifas.1 Kadang-kadang plasenta tidak segera terlepas. Bidang obstetri membuat batas-batas durasi kala tiga secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta shingga perdarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi. Combs dan Laros meneliti 12.275 persalinan pervaginam tunggal dan melaporkan median durasi kala III adalah 6 menit dan 3,3% berlangsung lebih dari 30 menit. Beberapa tindakan untuk mengatasi perdarahan, termasuk kuretase atau transfusi, menigkat pada kala tiga yang mendekati 30 menit atau lebih.
—Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi kehilangan darah yang sangat banyak.
Klasifikasi
—Klasifikasi perdarahan postpartum :
- Perdarahan post partum primer / dini  (early postpartum hemarrhage), yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utamanya adalah atonia uteri, retention plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Banyaknya terjadi pada 2 jam pertama
- Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late postpartum hemorrhage), yaitu-perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.

Etiologi
—Etiologi dari perdarahan post partum berdasarkan klasifikasi di atas, adalah :
a.   Etiologi perdarahan postpartum dini :
1. Atonia uteri
—Faktor predisposisi terjadinya atoni uteri adalah :
  • Umur yang terlalu muda / tua
  • Prioritas sering di jumpai pada multipara dan grande mutipara
  • Partus lama dan partus terlantar
  • Uterus terlalu regang dan besar misal pada gemelli, hidromnion / janin besar
  • Kelainan pada uterus seperti mioma uteri, uterus couveloair pada solusio  plasenta
  • Faktor sosial ekonomi yaitu malnutrisi
2. Laserasi  Jalan lahir : robekan perineum, vagina serviks, forniks dan rahim. Dapat menimbulkan perdarahan yang banyak apabila tidak segera di reparasi.
3. Hematoma
—Hematoma yang biasanya terdapat pada daerah-daerah yang mengalami laserasi atau pada daerah jahitan perineum.
4. Lain-lain
—Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus, sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka, Ruptura uteri, Inversio uteri

b.   Etiologi perdarahan postpartum lambat :
      -Tertinggalnya sebagian plasenta
      -Subinvolusi di daerah insersi plasenta
      -Dari luka bekas seksio sesaria
Diagnosis
—Untuk membuat diagnosis perdarahan postpartum perlu diperhatikan ada perdarahan yang menimbulkan hipotensi dan anemia. apabila hal ini dibiarkan berlangsung terus, pasien akan jatuh dalam keadaan syok. perdarahan postpartum tidak hanya terjadi pada mereka yang mempunyai predisposisi, tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk terjadinya perdarahan postpartum selalu ada.
—Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes. perdarahan yang deras biasanya akan segera menarik perhatian, sehingga cepat ditangani sedangkan perdarahan yang merembes karena kurang nampak sering kali tidak mendapat perhatian. Perdarahan yang bersifat merembes bila berlangsung lama akan mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan jumlah perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan dicatat.
—Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi menumpuk di vagina dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena adanya kenaikan fundus uteri setelah uri keluar. Untuk menentukan etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap yang meliputi anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam.
—Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi abdomen uterus didapatkan membesar dan lembek. Sedangkan pada laserasi jalan lahir uterus berkontraksi dengan baik sehingga pada palpasi teraba uterus yang keras. Dengan pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta.
Pencegahan dan Penanganan
—Cara  yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum adalah memimpin kala II dan kala III persalinan secara lega artis. Apabila persalinan diawasi oleh seorang dokter spesialis obstetrik dan ginekologi ada yang menganjurkan untuk memberikan suntikan ergometrin secara IV setelah anak lahir, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah perdarahan yang terjadi.
—Penanganan umum pada perdarahan post partum :
-Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk)
-Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya pencegahan  
  perdarahan pasca persalinan)
-Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan (di ruang persalinan) dan lanjutkan
  pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya (di ruang rawat gabung).
-Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
-Segera lakukan penlilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi
-Atasi syok
-Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukam pijatan uterus, berikan uterotonika
 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan permenit.
-Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir.
-Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
-Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan
-Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik.
II. RETENSIO PLASENTA DAN SISA PLASENTA (PLACENTAL REST)
—Perdarahan postpartum dini dapat terjadi sebagai akibat tertinggalnya sisa plasenta atau selaput janin. bila hal tersebut terjadi, harus dikeluarkan secara manual atau di kuretase disusul dengan pemberian obat-obat uterotonika intravena. Perlu dibedakan antara retensio plasenta dengan sisa plasenta (rest placenta). Dimana retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir seluruhnya dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan post partum primer atau perdarahan post partum sekunder.
—Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
—Sebab-sebab plasenta belum lahir, bisa oleh karena:
    -Plasenta belum lepas dari dinding uterus
    -Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan

—Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika lepas sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus bisa karena:  
   -Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( plasenta adhesiva)
   -Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium.
   -Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan tidak adanya usaha
    untuk melahirkan, atau salah penanganan kala tiga, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah
    uterus yang menghalangi keluarnya plasenta.

—Penanganan perdarahan postpartum yang disebabkan oleh sisa plasenta :
  • Penemuan secara dini hanya mungkin dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ke tempat bersalin dengan keluhan perdarahan
  • Berikan antibiotika, ampisilin dosis awal 1g IV dilanjutkan dengan 3 x 1g oral dikombinasikan dengan metronidazol 1g supositoria dilanjutkan dengan 3 x 500mg oral.
  • Lakukan eksplorasi (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan AMV atau dilatasi dan kuretase
  • Bila kadar Hb<8 gr% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb>8 gr%, berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari.
III. TINDAKAN OPERATIF DALAM KALA URI
—Tindakan operatif yang dapat dilakukan dalam kala uri persalinan adalah :7,8
A. PERASAT CREDE’7
—Perasat crede’ bermaksud melahirkan plasenta yang belum terlepas dengan ekspresi :
1.      Syarat : Uterus berkontraksi baik dan vesika urinaria kosong
2.      Teknik pelaksanaan
  • Fundus uterus dipegang oleh tangan kanan sedemikian rupa, sehingga ibu jari terletak pada permukaan depan uterus sedangkan jari lainnya pada fundus dan permukaan belakang. setelah uterus dengan rangsangan tangan berkontraksi baik, maka uterus ditekan ke arah jalan lahir. gerakan jari-jari seperti meremas jeruk. perasat Crede’ tidak boleh dilakukan pada uterus yang tidak berkontraksi karena dapat menimbulkan inversion uteri
  • Perasat Crede’ dapat dicoba sebelum meningkat pada pelepasan plasenta secara manual.
B. MANUAL PLASENTA
Indikasi
—Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus.7
Teknik Plasenta Manual
—Sebelum dikerjakan, penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau Ringer Laktat. Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut.8
Gambar 1. Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut
—Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring), ini dapat diatasi dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang membentuk kerucut tadi. Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong fundus itu ke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala tiga, biasanya telah ada bagian pinggir plasenta yang terlepas.8
Gambar 2. Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus
—Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya (kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan.8
Gambar 3. Mengeluarkan plasenta
—Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui kalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang tersisa. Pada waktu ekplorasi sebaiknya sarung tangan diganti yang baru. Setelah plasenta keluar, gunakan kedua tangan untuk memeriksanya, segera berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul intramuskular, dan lakukan masase uterus. Lakukan inspeksi dengan spekulum untuk mengetahui ada tidaknya laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera di jahit.8

C. EKSPLORASI KAVUM UTERI
Indikasi
—Persangkaan tertinggalnya jaringan plasenta (plasenta lahir tidak lengkap), setelah operasi vaginal yang sulit, dekapitasi, versi dan ekstraksi, perforasi dan lain-lain, untuk menetukan apakah ada rupture uteri. Eksplosi juga dilakukan pada pasien yang pernah mengalami seksio sesaria dan sekarang melahirkan pervaginam.
Teknik Pelaksanaan
—Tangan masuk secara obstetric seperti pada pelepasan plasenta secara manual dan mencari sisa plasenta yang seharusnya dilepaskan atau meraba apakah ada kerusakan dinding uterus. untuk menentukan robekan dinding rahim eksplorasi dapat dilakukan sebelum plasenta lahir dan sambil melepaskan plasenta secara manual.
IV. SYOK HEMORAGIK
Etiologi
—Syok hemoragik pada pasien obstetrik/ginekologik dapat terjadi karena perdarahan akibat abortus, kehamilan ektopik terganggu, cedera pada pembedahan, perdarahan antepartum, perdarahan postpartum atau koagulopati. 11
Klasifikasi
  1. Syok ringan, terjadi kalau perdarahan kurang dari 20% volume darah. timbul, penurunan perfusi jaringan dan organ non vital. Tidak terjadi perubahan kesadaran, volume urin yang keluar normal atau sedikit berkurang, dan mungkin (tidak selalu terjadi asidosis metabolik).
  2. Syok sedang, sudah terjadi penurunan perfusi pada organ yang tahan terhadap iskemia waktu singkat (hati, usus, dan ginjal). Sudah timbul oliguri (urin <0,5 ml/kg BB/Jam) dan asidosis metabolik, tetapi kesadaran masih baik
  3. Syok berat, perfusi dalam jaringan otak dan jantung sudah tidak adekuat. mekanisme kompensasi vasokonstriksi pada organ lainnya sudah tidak dapat mempertahankan perfusi di dalam jaringan otak dan jantung. sudah terjadi anuria, penurunan kesadaran (delirium, stupor, koma) dan sudah ada gejala hipoksia jantung.
Patofisiologi
—Pada syok ringan terjadi penurunan perfusi darah tepi pada organ yang dapat bertahan lama terhadap iskemia (kulit, lemak, otot, dan tulang). pH arteri normal. Pada syok sedang terjadi penurunan perfusi sentral pada organ yang hanya tahan terhadap iskemia waktu singkat (hati, usus, dan ginjal) terjadi asidosis metabolik. Pada syok berat sudah terjadi penurunan perfusi pada jantung dan otak, asidosis metabolic berat, dan mungkin terjadi pula asidosis respiratorik. 

Gejala Klinik 
-Syok ringan, takikardi minimal, hipotensi sedikit, vasokonstriksi darah tepi ringan, kulit dingin, pucat, basah.
  urin normal/ sedikit berkurang. keluhan merasa dingin
-Syok sedang, takikardi 100-120 permenit, hipotensi dengan sistolik 90-100 mmHg, oliguri/ anuria. keluhan  
  haus
-Syok berat, takikardi lebih dari 120 permenit, hipotensi dengan sistolik <60 mmHg, pucat, anuri, agitasi, 
 kesadaran menurun.

Pentingnya ASI Eksklusif

ASI
Peranan ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah minuman alamiah utama untuk semua bayi cukup bulan yang diperuntukan selama usia bulan-bulan pertama kehidupan bayi (Nelson, 2000). ASI dianggap sebagai nutrisi terbaik bagi neonatus dan infant. ASI selalu mudah tersedia pada suhu yang sesuai diinginkan bayi dan tidak memerlukan banyak waktu untuk persiapannya. Substansi ASI segar dan bebas dari kontaminasi bakteri yang berbahaya sehingga mengurangi peluang gangguan pencernaan.
Berbagai kandungan dari susu ibu dapat memfasilitasi transisi kehidupan bayi dari inutero menjadi exutero. Cairan dinamis ini menyediakan berbagai substansi bioaktif yang diperlukan bagi perkembangan bayi selama periode kritis pertumbuhan otak, sistem imunitas dan saluran pencernaan. Selama masa laktasi kelenjar air susu berkembang hingga mencapai kapasitasnya untuk memproduksi ASI melalui berbagai tahapan perkembangan.

Proses Terbentuknya ASI
Tahapan-tahapan yang terjadi dalam proses laktasi mencakup :
1. Mammogenesis : Terjadi pertumbuhan payudara baik dari ukuran maupun berat dari payudara mengalami peningkatan.
2. Laktogenesis :
  • Tahap 1 (kehamilan akhir) : Sel alveolar berubah menjadi sel sekretoris
  • Tahap 2 (hari ke-3 hingga ke-8 kelahiran) : Mulai terjadi sekresi susu, payudara menjadi penuh dan hangat. Kontrol endokrin beralih menjadi autokrin.
3. Galaktopoiesis
4. Involution

Kandungan ASI
ASI merupakan cairan nutrisi yang unik, spesifik dan kompleks dengan komponen imunologis dan komponen pemacu pertumbuhan. Berbagai komponen yang terkandung dalam ASI antara lain :
  • Enzim untuk membantu pencernaan
  • Protein, karbohidrat dan lemak untuk pertumbuhan otak yang optimal
  • Imunoglobulin
  • Leukosit
  • Faktor-faktor pertumbuhan
Manfaat ASI
Pemberian ASI di anjurkan bagi bayi dan dianggap memberikan keuntungan yang unik. Bayi yang diberikan ASI (setidaknya selama 6 bulan) memiliki penurunan resiko terhadap berbagai penyakit akut maupun kronis, termasuk infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran nafas bawah (flu), infeksi saluran kencing, infeksi telinga (otitis media), dan reaksi alergi (seperti dermatitis atopi dan asma). ASI berisi antibodi bakteri dan virus termasuk kadar antibodi IgA sekretori dan makrofag dalam kolostrum yang relatif tinggi hingga mampu mencegah mikroorganisme.
Selain itu, anak yang diberikan ASI secara penuh selama 6 bulan atau lebih memiliki kecenderungan untuk memperoleh perkembangan mental yang lebih tinggi dibandingkan bayi yang tidak diberikan ASI. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa efek dari ASI kemungkinan melindungi anak atau remaja dari kelebihan berat badan. ASI dari ibu yang dietnya cukup imbang dan bergizi akan memasok nutrisi yang sangat diperlukan bayi.
Menyusui dengan ASI sangat bermanfaat bagi psikologis ibu maupun bayi dan memberikan pengalaman yang memuaskan bagi keduanya. Ibu yang secara pribadi terlibat dalam pengasuhan bayinya akan memperbesar perasaan berbahagia dan prestasi sebagai ibu yang baik. Bayi diberikan kedekatan hubungan fisik dengan ibu yang baik dan menyenangkan. Menyusui memberikan tambahan kesempatan untuk berkontak rasa yang erat antara ibu dan bayinya.
Adapun beberapa manfaat lain dari ASI bagi bayi maupun ibu yang menyusui antara lain :
  • ASI lebih murah.
  • Bayi yang menyusui ASI cenderung lebih sehat.
  • Memberikan perlindungan imunitas pasif dari ibu pada anak.
  • ASI membantu penyerapan berbagai vitamin.
  • ASI mengandung berbagai protein yang tidak ada pada susu sapi atau buatan.
  • ASI membantu mencegah terjadinya reaksi alergi (dermatitis atopi, asma).
  • Mengandung berbagai enzim untuk membantu proses pencernaan.
  • Ibu yang menyusui memiliki insiden yang lebih rendah terhadap kemungkinan kanker payudara.
  • Ibu dan bayi menjadi lebih rileks.
Keterampilan Menyusui
Banyak permasalahan dalam menyusui seperti (nyeri pada puting susu, susu yang jumlahnya sedikit, atau ibu tidak nyaman dalam menyusui) bisa dipecahkan dengan meningkatkan teknik dasar dalam menyusui, khususnya dalam memposisikan ibu dan bayi dengan benar.
Posisi Ibu :
  • Duduklah dengan nyaman dan carilah posisi yang paling nyaman ketika duduk diatas kursi, atau kursi goyang, kursi berlengan atau bahkan duduk diatas kasur dengan bersandar pada dinding atau sandaran kasur.
  • Letakkan bantal dibelakang punggung, dan dibawah lengan yang akan memberikan tumpuan ketika ibu menggendong bayi.
  • Gunakan tumpuan kaki atau pijakan bila ibu duduk, khususnya bila menggunakan kursi yang cukup tinggi.
  • Bisa juga ibu bersandar pada sandaran kasur dengan posisi menghadap bayi dengan menggunakan bantal sebagai penyangga kepala, leher, punggung dan kaki bagian atas.
Posisi bayi :
  • Disarankan untuk memulai persiapan pemberian ASI dengan mengenakan pakaian yang sederhana pada bayi atau bahkan tidak mengenakan pakaian, untuk meningkatkan kontak dengan ibu.
  • Baringkan bayi dalam dekapan ibu, dengan posisi menghadap payudara. Posisi leher pada lipatan lengan, badan terbaring disepanjang lengan dan pantat dipegang oleh tangan.
  • Setelah itu putarlah tubuh bayi sedemikian rupa sehingga posisi bayi berhadapan dengan badan ibu.
  • Posisi tubuh bayi harus dalam kedaan tegak lurus menghadap tubuh ibu, jangan memutar leher bayi untuk mencapai putting susu ibu.
  • Jika posisi bayi kurang tinggi, gunakan bantal untuk menyangga lengan.
  • Posisikan lengan bayi dengan baik, lengan bawah diposisikan di bawah payudara dan lengan yang atas bila mengganggu bisa ditahan dengan menggunakan ibu jari lengan yang menggendong.
Posisi payudara :
  • Hal yang pertama perlu dilakukan dalam persiapan payudara menjelang menyusui. Secara manual pijatlah payudara untuk mendapatkan beberapa tetes ASI pada puting ibu, hal ini akan melembabkan payudara ibu.
  • Tahanlah payudara, beban payudara ditahan dengan telapak tangan dan jari-jemari di bawahnya dan ibu jari di atasnya.
  • Jauhkan jari dari daerah areola, sehingga menjauhi daerah tempat bayi menghisap susu, hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi.
Memulai menyusui :
  • Dekatkan mulut bayi pada puting yang sudah lembab tadi, lalu pijatlah bibir bayi dengan lembut untuk merangsang refleks menghisap pada bayi.
  • Ketika mulut bayi terbuka, segeralah melekatkan mulut bayi di tengah payudara dan dekatlah bayi dengan erat ke tubuh ibu.
  • Pastikan bayi menghisap hingga areola payudara bukan puting susu ibu, dengan ini nyeri pada payudara selama menyusui bisa dihindari.
  • Buatlah penyesuaian dengan irama pernafasan bayi.
  • Ketika bayi sudah menghisap ASI dengan baik maka pastikan kita mengatur posisi payudara dengan baik, tahan berat payudara dengan tangan sehingga berat payudara tidak seluruhnya membebani mulut dan bibir bayi.
  • Hal terakhir yang cukup penting adalah, ketika kita akan menghentikan pemberian ASI, jangan menarik mulut bayi dari payudara ketika bayi masih menghisap. Maka hentikan dahulu hisapan bayi lalu jauhkan bayi dari payudara dengan perlahan-lahan, hal ini bertujuan agar penghentian menyusui ini tidak melukai payudara, yang bisa berakibat nyeri hingga infeksi payudara.
Jumlah ASI yang Diberikan
Seringkali ibu yang menyusui bertanya tentang berapa seringkah menyusui atau berapa banyak ASI yang harus diberikan pada bayi, sesuai dengan umur bayi. Secara umum dikatakan bahwa pada usia 3 bulan bayi menjadi lebih cepat dalam menghabisakan ASI sehingga proses menyusui menjadi lebih cepat dan lebih jarang setelah usia ini. Namun demikian, seringkali pola minum ASI pada bayi akan berfluktuasi dalam 6 bulan pertama kehidupan.1,4
Beberapa membagi frekuensi minum ASI dengan umur sebagai berikut :1,4
a. Usia awal lahir hingga 2 bulan
Di usia ini, bayi biasanya frekuensi menyusui cukup sering dengan rata-rata setiap 1-3 jam sekali.
b. 2 bulan hingga 6 bulan
Di rentang usia ini bayi mulai mampu menghabiskan ASI dengan lebih cepat, sehingga menyusui menjadi lebih singkat durasinya dan lebih jarang dengan rata-rata setiap 3-5 jam.
c. 6 bulan hingga 1 tahun
Di usia ini bayi sudah semakin kuat dalam menyusui dan durasi menyusui menjadi lebih jarang lagi. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah setelah usia 6 bulan ini bayi sudah membutuhkan makanan tambahan selain ASI.
d. Setelah satu tahun
Saat ini bayi mungkin banyak menyusui sebanyak 2 kali perhari. Keuntungan dari menyusui tidak dibatasi oleh waktu, jika ingin melanjutkan pemberian ASI. Hal ini dapat dilakukan, hanya biasanya produksi ASI ibu di usia satu tahun ini sudah menurun, sehingga untuk mencukupi kebutuhan tumbuh kembang bayi diperlukan makanan yang lebih bervariasi.

Tanda ASI yang Cukup
Banyak ibu yang kurang memperhatikan apakah bayinya sudah cukup mendapatkan ASI, atau bahkan banyak juga ibu yang bingung dengan berapa banyak atau berapa sering pemberian ASI yang baik itu.
Oleh karena itu, berbagai tanda dibawah ini dapat dijadikan pedoman untuk mengevaluasi kecukupan pemberian ASI, yaitu :
  • Bayi menunjukan keinginan dan gairah yang kuat untuk bangun secara teratur untuk menyusui.
  • Irama hisapan yang ritmis dan teratur, bagian depan telinga bayi akan terlihat sedikit bergerak dan ibu bisa mendengar bayinya menghisap dan menelan ASI yang diberikan.
  • Berikan ASI selama rata-rata 15-20 menit pada masng-masing payudara setiap menyusui.
  • Berikan ASI setidaknya setiap 1-3 jam selama dua bulan pertama. Disarankan juga untuk membangunkan bayi setiap 2-3 jam untuk memberikan ASI selama beberapa minggu awal. Setelah lebih dari dua bulan bayi akan mampu menghabiskan ASI lebih cepat, maka pemberian ASI dilakukan lebih jarang hingga setiap 3-5 jam dan durasi menyusui menjadi lebih singkat.
  • Bayi ngompol hingga 6-8 kali menandakan masukan cairan yang cukup.
  • Bayi tubuh dengan kecepatan pertumbuhan yang normal, mengalami peningkatan berat, tinggi badan, dan ukuran lingkar kepala.
  • Memiliki tonus otot yang baik, kulit yang sehat dan warna kulit yang sehat pula.
Membina dan Mempertahankan Persediaan ASI
Suatu upaya harus diarahkan kepembinaan awal ibu dalam mempertahankan ASI secara normal, rajin menyusui dengan membiarkan bayi untuk sering mengosongkan susu selama terutama fase awal menyusui saat pembentukan kolostrum masih berlangsung. Bayi harus diijinkan menyusu bila lapar, tampak atau tidak tampak ada ASI yang keluar. Perlu diingat bahwa menyusui wajib dimulai sesegera sesudah persalinan ketika keadaan bayi telah memungkinkan, lebih baik dalam beberapa jam.1
Lakukan pula perawatan yang pantas pada puting susu baik dalam keadaan sakit maupun yang terasa perih atau sakit, harus dilakukan sebelum nyeri berat terjadi akibat luka lecet atau pecah. Kadang-kadang melindungi puting juga dapat membantu. Apabila keperihan menyebabkan ibu ketakutan, maka reflek ejeksi-susu dapat tertunda yang menyebabkan bayi frustasi dan selanjutnya menghisap semakin bertambah kuat.
Adapun beberapa tips tambahan dalam menunjang upaya membina dan mempertahankan persediaan ASI yang sehat adalah sebagai berikut :
  • Hindarilah faktor-faktor psikologis yang sifatnya negatif (misalnya ketakutan, marah, sedih) pada ibu. Tidak ada faktor yang lebih penting daripada kebahagiaan ibu dan pikiran yang rileks. Kekuatiran dan ketidakbahagiaan adalah contoh hal-hal yang efektif untuk mengurangi dan bahkan meniadakan sekresi ASI.
  • Menghindari kelelahan adalah penting, tetapi disamping itu ibu juga harus cukup melakukan latihan fisik untuk menaikkan kesehatan fisiknya.
  • Sekali sehari, payudara haruslah dicuci, dibersihkan guna menjaga higiene ASI. Pastika daerah puting susu harus selalu kering dan hindari penggunaan sabun yang dapat membasahi. Perawatan harus dilakukan untuk mencegah iritasi dan infeksi pada puting susu yang disebabkan penyusuan yang lama, maserasi karena puting yang basah dan lembab atau tergosok pakaian.
  • Diet ibu harus mengandung kalori yang cukup untuk mengimbangi diet bayi yang diekskresikan dalam ASI serta untuk bahan yang diperlukan untuk menghasilkannya. Ibu yang menyusui memerlukan diet lauk-pauk, tinggi cairan, vitamin dan mineral yang bervariasi agar cukup untuk mempertahankan berat badannya. Selama menyusui, ibu haruslah menghindari terjadinya penurunan berat badannya.

Sabtu, 08 Oktober 2011

Keputihan dalam Kehamilan

Keputihan yang dalam istilah medis disebut fluor albus atau leucorrhoea merupakan cairan yang keluar dari vagina. Keputihan dapat terjadi pada setiap wanita, tanpa memandang usia. Tiga per empat wanita di dunia diperkirakan mengalami keputihan setidaknya sekali seumur hidupnya. Wanita hamil pun kerap mengalami keputihan selama masa kehamilannya.

Menurut Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM Jakarta, seorang wanita lebih rentan mengalami keputihan pada saat hamil karena pada saat hamil terjadi perubahan hormonal yang salah satu dampaknya adalah peningkatan jumlah produksi cairan dan penurunan keasaman vagina serta terjadi pula perubahan pada kondisi pencernaan. Semua ini berpengaruh terhadap peningkatan risiko terjadinya keputihan, khususnya yang disebabkan oleh infeksi jamur.
Keputihan dapat bersifat normal (fisiologis) dan tidak normal (patologis). Dalam keadaan normal, cairan yang keluar cenderung jernih atau sedikit kekuningan dan kental seperti lendir serta tidak disertai bau atau rasa gatal. Namun bila cairan yang keluar disertai bau, rasa gatal, nyeri saat buang air kecil atau warnanya sudah kehijauan atau bercampur darah, maka ini dapat dikategorikan tidak normal.
Keputihan seringkali dianggap sebagai hal yang umum dan sepele bagi wanita. Di samping itu, rasa malu ketika mengalami keputihan kerap membuat wanita enggan berkonsultasi ke dokter. Padahal, keputihan tidak normal karena infeksi yang berlanjut dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Pada ibu hamil, selain dapat mengganggu kesehatan ibu, juga dapat berpengaruh terhadap janin.
Baik wanita maupun ibu hamil yang mengalami keputihan yang tidak normal, jelas Dr. Ovi, segeralah memeriksakan diri ke dokter agar dokter dapat melakukan pemeriksaan secara seksama untuk mencari tahu penyebab keputihan tersebut dan setelah itu barulah dapat memberikan terapi yang sesuai.
 
penyebab_keputihan



Penyebab keputihan dapat digolongkan pada dua golongan besar, yaitu fisiologis dan patologis. Pada keadaan fisiologis, keputihan dapat terjadi pada saat hamil, sebelum dan sesudah haid, saat mendapat rangsang seksual, saat banyak melakukan aktivitas fisik yang kesemuanya tidak menimbulkan keluhan tambahan seperti bau, gatal, dan perubahan warna.
Sedangkan keputihan patologis disebabkan oleh infeksi mikroorganisma seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit bersel satu Trichomonas vaginalis. Dapat pula disebabkan oleh iritasi karena berbagai sebab seperti iritasi akibat bahan pembersih vagina, iritasi saat berhubungan seksual, penggunaan tampon, dan alat kontrasepsi.
Infeksi virus, bakteri, dan parasit bersel satu umumnya didapatkan saat melakukan aktivitas seksual. Sementara infeksi jamur Candida sp yang secara normal ada dalam saluran cerna dan vagina, dapat terjadi karena pertumbuhan yang berlebihan akibat berbagai faktor, salah satunya adalah kehamilan yang menimbulkan kondisi terjadinya penurunan imunitas tubuh dan juga vagina.
Umumnya penyebab keputihan tersering pada wanita hamil adalah infeksi jamur Candida sp. Wanita hamil dapat terkena keputihan sejak awal kehamilan hingga trimester akhir menjelang persalinan. Namun pada keputihan karena infeksi jamur, akan lebih berat terjadi pada bulan-bulan terakhir kehamilan karena pada saat tersebut kelembaban vagina paling tinggi.
Menurut Dr. Ovi, selama belum terjadi persalinan dan selaput ketuban masih utuh, dimana janin masih terlindungi oleh selaput ketuban dan air ketuban yang steril, umumnya tidak ada efek langsung infeksi vagina yang menyebabkan terjadinya keputihan pada janin. Namun bila saat persalinan masih terdapat infeksi, maka dampak keputihan yang terjadi tergantung penyebabnya, dimana bayi akan terkontak dengan penyebab keputihan tersebut.
Misalnya, pada infeksi Chlamydia dapat terjadi keguguran hingga persalinan sebelum waktunya (persalinan prematur). Infeksi virus Herpes simpleks dapat menyebabkan radang pada otak bayi (ensefalitis). Infeksi jamur Candida sp dapat meningkatkan risiko terjadinya ayan (epilepsi). Infeksi virus HPV dapat menyebabkan terjadinya papiloma laring pada bayi yang menyebabkan gangguan pernapasan dan gangguan pencernaan bayi hingga kematian. Infeksi bakteri Neisserea gonorrhoeae dapat menyebabkan infeksi pada mata bayi hingga terjadi kebutaan.
Pada keputihan yang tidak normal yang disebabkan oleh infeksi, tentunya infeksi yang berlanjut dan tergantung penyebabnya, dapat mengganggu kesehatan ibu hamil. Misalnya bila terjadi infeksi Chlamydia pada kehamilan, dapat terjadi pecahnya selaput ketuban sebelum masa persalinan. Hal ini berakibat terjadinya infeksi pada janin dan juga pada ibu yang dapat menyebabkan infeksi berat hingga kematian.
Pada keputihan yang normal boleh saja melakukan hubungan seksual. Namun pada kondisi sedang terjadi masalah apalagi bila masalah tersebut ada infeksi, maka hubungan seksual harus dihindari hingga masalah selesai.
Diperlukan terapi pada pihak pasangan bila infeksi yang terjadi mungkin sudah terjadi pula pada pihak pasangan, agar tidak terjadi fenomena pingpong. Disebut fenomena pingpong karena infeksi pada perempuan yang juga ada pada pasangan prianya menginfeksi kembali pihak perempuan setelah perempuan tersebut sembuh dengan pengobatan sebelumnya.
Menyoal tentang cairan pencuci vagina, menurut Dr. Ovi, cairan pencuci vagina yang bersifat antiseptik kuat atau bila dilakukan pemasukan cairan pencuci vagina dalam jumlah besar ke dalam vagina (douche) dapat merusak flora normal vagina sehingga menyebabkan jamur dan bakteri mudah tumbuh. Sehingga untuk memilih cairan pencuci vagina, Dr. Ovi menyarankan memilih yang mempunyai keasaman sesuai dengan vagina dan penggunaannya hanya untuk di bagian luar vagina.
pengobatan_keputihan
Menurut Dr. Ovi, pada keputihan yang dikategorikan normal tidak perlu ada terapi khusus, yang penting adalah membersihkan organ intim secara benar dan teratur. Umumnya cukup dengan sabun khusus vagina dan air bersih serta menjaga agar pakaian dalam tetap kering dan bersih setiap saat. Sedangkan pada keputihan yang tidak normal sesuai dengan penyebabnya, harus segera mendapatkan pengobatan medis. Demikian pula untuk keputihan yang terjadi pada masa kehamilan.
Penanganan atau pengobatan untuk keputihan pada ibu hamil tergantung penyebab keputihan itu sendiri. Misalnya penyebab yang tersering yaitu infeksi jamur Candida sp, pengobatan yang paling aman pada perempuan hamil adalah pengobatan lokal dengan krim atau sejenis kapsul yang dimasukkan ke dalam vagina.
Pada infeksi bakteri yang paling sering menyebabkan persalinan prematur ada obat-obat minum dalam bentuk kapsul atau tablet yang aman dikonsumsi ibu hamil. Pada infeksi Neiserrea gonorrhoeae ada suntikan atau obat yang diminum dalam bentuk kapsul yang juga aman untuk ibu hamil.
Dr. Ovi menyarankan bagi wanita hamil yang menderita keputihan pada masa kehamilan agar segera memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan apakah keputihan tersebut masih normal atau sudah tidak normal dan memerlukan pengobatan.
Bagi suami yang istrinya mengalami keputihan saat hamil, Dr. Ovi menyarankan agar suami mau terlibat dalam proses pengobatan. Suami harus memahami bila dokter meminta untuk mengubah kebiasaan saat hubungan seksual yang mungkin berpengaruh dalam menyebabkan keputihan pada pihak istri seperti penggunaan kondom atau penggunaan gel khusus yang dapat membantu menurunkan iritasi saat hubungan seksual, atau sementara tidak melakukan hubungan seksual.
Suami juga mungkin diminta dokter untuk mengkonsumsi obat tertentu untuk menghindari fenomena pingpong bila terjadi istri terinfeksi oleh bakteri atau virus atau mikroorganisma lain yang dapat menular saat hubungan seksual.
Menurut Dr. Ovi, tidak semua keputihan dapat dicegah, terlebih bila penyebabnya adalah infeksi menular seksual. Meskipun demikian, penggunaan kondom saat berhubungan seksual dapat menurunkan kejadian infeksi menular seksual khususnya yang disebabkan oleh bakteri dan protozoa, sehingga pada yang kerap mengalami keputihan tidak normal yang cenderung berulang, selain terapi yang sesuai, penggunaan kondom juga dapat membantu.

Minggu, 02 Oktober 2011

water birth



Risiko dan Prasyarat
Mengenai risiko, dokter yang juga berpraktik di beberapa rumah sakit ibukota ini mengatakan, melahirkan di air tetap ada batasan dan pertimbangan medis yang tidak diperkenankan. “Seperti panggul si ibu kecil, bayi lahir sungsang atau melintang dan ibu yang sedang dalam perawatan medis, penyakit herpes dan lain-lain,” sebut Otamar.

Ibu yang mengidap penyakit herpes disarankan untuk tidak melahirkan dengan metode ini, karena kuman herpes tidak mati di dalam air sehingga dapat menular kepada bayi melalui mata, selaput lendir dan tenggorokan bayi.
Syarat lainnya, proses melahirkan di dalam air tidak bisa dilakukan sembarangan, kendati terlihat mudah. Pengawasan dari pihak medis tetap diperlukan untuk menjaga terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Aspek higienitas juga memegang peranan penting karena bayi yang baru lahir rentan infeksi. Kolam plastik yang digunakan harus dipastikan benar-benar bersih dan steril. Selain itu, penggunaan air hangat juga bisa membunuh virus dan bakteri. Lantas bagaimana dengan kemungkinan air terminum oleh bayi? Dokter T Otamar Samsudin SpOG mengatakan, hal itu sebetulnya tidak masalah asalkan air dipastikan steril.
“Jika air terminum oleh si bayi, sebetulnya tidak masalah dan kita semua toh sudah biasa minum air. Bayi juga tidak akan terinfeksi karena airnya encer dan steril (air hangat). Yang berbahaya adalah kalau si bayi minum air ketuban karena bisa tersangkut di paru-parunya,” pungkasnya. (berbagai sumber)

Keuntungan Melahirkan di Air
1. Rileks dan nyaman. “Rasanya seperti sehabis berenang saja, segar dan tidak berkeringat,” kata ibu Liz Adiyanti.
2. Si jabang bayi bersih karena tidak banyak darah yang keluar.
3. Mengurangi rasa stres dan sakit.


Tips Melahirkan di Air
1. Pertama-tama yang penting kemauan dan keyakinan untuk melahirkan di air.
2. Mengikuti senam hamil saat kehamilan, untuk pernapasan dan kelenturan lubang vagina sehingga memudahkan kelahiran si bayi.
3. Untuk media kolamnya Anda tidak perlu khawatir, karena biasanya rumah sakit yang melayani melahirkan di air menyediakan fasilitas untuk itu. Dan untuk menjaga kesterilan, setiap ibu mendapat 1 kolam.
4. Menyiapkan data lengkap, seperti cek laboratorium.